Proxy War Saudi vs Iran di Yaman

Azis Diyanto Pramundito
4 min readMar 4, 2021

--

Yaman dikenal sebagai salah satu negara di Timur Tengah yang hampir setiap tahunnya dilanda berbagai konflik, baik konflik domestik maupun konflik yang bersinggungan dengan negara-negara lain di Timur Tengah. Sejak terjadinya The Arab Spring yang bergulir di sekitar tahun 2010, dimana peristiwa tersebut merupakan sebuah protes besar-besaran yang menuntut berakhirnya praktik otoritarianisme yang dimulai dari Tunisa,Suriah,Mesir dan terus memberikan efek domino di banyak negara Arab yang pada akhirnya protes teresbut terjadi di Yaman, presiden yang saat itu menjabat, AlI Abdullah Saleh, berhasil digulingkan oleh rakyat Yaman, dan mengangkat Presiden terpilih, Abdu Rabbu Masour Hadi, atau yang akrab di sapa dengan Hadi.

Setelah diangakatnya presiden terpilih Hadi untuk menggantikan Saleh, disinilah titik awal Proxy War yang dipelopori oleh Saudi dan Iran dimulai. Proxy War adalah sebuah terminologi yang merujuk pada suatu kondisi dimana keterlibatan secara tidak langsung aktor luar, negara atau non-negara atas keterlibatan konflik yang terjadi diluar batas teritorialnya dan memberikan bantuan kepada pihak (negara atau non-negara) yang secara langsung terlibat didalam konflik (Nainggolan, 2019). Pada mulanya peristiwa ini ditengarai oleh kelompok Houthi yang merasa tidak puas akan kepemimpinan Hadi karena dinilainya tidak dapat memberikan kemakmuran dan ketentraman bagi rakyat Yaman, serta dipicu adanya kecondongan Hadi terhadap pemerintah Saudi yang pada akhirnya dimanfaatkan oleh kelompok Houthi sebagai landasan pembenaran atas tindakannya untuk melawan rezim pemerintahan Hadi dan dengan digulingkannya rezim Saleh juga membuat para loyalis pro rezim tersebut akhirnya membuat nota kesepakatan dengan kolompok Houthi untuk menggulingkan pemerintahan Hadi dan menguasai Sana’a (Ibu kota Yaman).

Naiknya eskalasi konflik tersebut membuat Presien Hadi pada akhirnya kehabisan langkahnya untuk bertahan di wilayahnya sendiri, dan akhirnya memilih meninggalkan Yaman untuk sementara waktu dan meminta perlindungan ke Saudi. dilansir dari CNN Indonesia bahwasannya, ototitas resmi Saudi telah menyambut kedatangan Presiden Hadi pada Kamis malam, 26 Maret 2015, di bandar udara Riyadh. Pada pertemuan tersebut Presiden Hadi ingin duduk bersama Saudi untuk membahas solusi damai demi mengakhiri perang sipil di Yaman (www.cnnindonesia.com).

Sumber: LINE Today

“ Keluarga saya bersiap-siap untuk tidur di ruang bawah tanah. Di sana adalah bagian paling aman di rumah. Jendela-jendela berderik dan kami pikir akan rusak. Kami tinggal di dekat bandara, tempat di mana para pemimpin Houthi tinggal dan banyak serangan udara,” ujar salah satu penduduk, Fawzia Nedras “.

Larinya presiden Hadi ke Riyadh untuk meminta bantuan akhirnya membuahkan hasil, pada bulan Maret 2015 pasukan koalisi yang terdiri dari Arab Saudi dan UEA, akhirnya melancarkan serangan terhadap beberapa pangkalan militer yang diindikasikan sebagi markas dari kelompok Houthi. Tidak tinggal diam pasukan Houthi yang mayoritas pengikutnya adalah muslim Syiah, pada akhirnya memperoleh bantuan berupa aliran pasokan senjata dan uang dari Iran dan membalas aksi-aksi yang dilakukan oleh kelompok koalisi dengan serangan drone salah satunya di Bandara Jeddah dan perusahaan plat merah Aramco, milik saudi. Dengan kondisi yang demikianlah, menurut opini saya pribadi sebenarnya secara tidak langsung Presiden Hadi membawa “ pintu gerbang neraka” kepada rakyat Yaman sendiri karena telah mengizinkan negara lain untuk ikut campur dalam konflik domestik Yaman dan menjadikan Yaman sebagi arena Proxy War bagi kepentingan mereka masing-masing.

Bagi Saudi dengan “dizinkannya” mereka untuk ikut campur didalam konflik domestik di Yaman, mereka menilai ini sebagai angin segar, karena tidak bisa dipungkri jika konflik sektarian juga menjadi agenda yang dibawa Saudi dalam intervensi tersebut, karena hal tersebut membuat Arab Saudi dapat meredam pengaruh Syiah di daratan Yaman dan sekaligus mengamankan “teras belakangnya” agar jalur pelayaran bagi kapal-kapal saudi aman untuk menuju Laut Merah, mengingat di Djiubuti terdapat pangkalan militer China yang sewaktu-waktu dikhwatirkan dapat mengganggu aktivitas pelayaran kapal Saudi di Laut Merah.

UEA sebagai negara negara yang tergabung dalam kelompok koalisi juga ikut berperan aktif didalam konflik domestik di Yaman, motif dari UEA selain membantu presiden Hadi untuk mempertahankan rezimnya, ia juga ingin menancapkan pengaruhnya di wilayah-wilayah Teluk Aden dan Samudra Hindia dan juga mengincar cadagan sumber daya alam berupa minyak di Selatan Yaman. Namun ditengah perjalanan UEA, merubah arahnya dengan menurunkan eskalasi serangan di Yaman dengan mepertimbangkan perimbangan kekuasan (balance of power) di Timur Tengah, yang semakin menyudutkan peran Iran, yang banyak dituduh sebagai dalang dibalik serangan-seangan yang dilancarkan oleh milisi Houthi. Hal ini dilakukan oleh UEA karena mempertimbangkan kepemilikan pangkalan militer yang berada di el-Mandeb yang strategis, yang juga tengah di perebutkan dengan Saudi (Harb, 2019).

Sedangkan peranan Iran disini menurut opini pribadi saya tidak seberapa signifikan, karena praktek proxy war yang dilakukan Iran di Yaman adalah berbekal motivasi sebagai reaksi atas dominasinya pengaruh Barat terhadap negara-negara koalisi di Timur Tengah, Iran ingin menunjukan bahwasannya ia masih dapat menunjukan kekuatannya meskipun ia terhempit oleh kekuatan-kekuatan Barat. Dan jika menggali lebih jauh, di dalam kebijakan luar negreri Iran, Yaman bukanlah salah satu negara yang diprioritaskan jika dikaitkan dengan proyek Bulan Sabit Iran yang lebih memprioritaskan Lebanon dan Suriah dalam politik luar negeri Iran.

Sebagai penutup, menjamurnya fenomena proxy war di Timur Tengah ini tidak lain dan tidak bukan karena dilandasinya pemerintahan dari banyak negara di Timur Tengah yang masih belum bisa berdaulat dengan penuh dan pemimpin-pemimpin mereka juga mempunyai rasa bertanggung jawab yang kurang terutama mengenai keselematan rakyatnya sendiri, mereka bahkan rela mengorbankan perdamain yang dibangun demi merebutkan dominasi dan sumber daya alam, yang berada di luar teritorial mereka.

Sumber:

Harb, I. K. (2019, Agustus 1). Why The United Arab Emirates is Abonding Saudi Arabia in Yemen. Diambil kembali dari www.foreignpolicy.com: https://foreignpolicy.com

Nainggolan, P. P. (2019). Proxy War di Timur Tengah. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Samosir, H. A. (2015, Maret 27). Suadi Serang Yaman, Presiden Hadi Lari ke Riyadh. Diambil kembali dari CNN INDONESIA: https://www.cnnindonesia.com/internasional/20150327104628-120-42307/saudi-serang-yaman-presiden-hadi-lari-ke-riyadh

--

--